2025-07-07 | admin3

Celadon Sangkhalok, Keramik Hijau Kuno dari Sukhothai

Di tengah jejak sejarah panjang Asia Tenggara, berdirilah kerajaan kuno Sukhothai di utara Thailand yang menjadi pusat budaya, seni, dan perdagangan antara abad ke-13 hingga ke-15. Dari tanah yang subur dan masyarakat yang kreatif lahirlah salah satu warisan kerajinan paling indah dari kawasan ini keramik Celadon Sangkhalok. Dikenal karena warna hijau zamrudnya yang tenang dan glasirnya yang lembut berkilau, Celadon Sangkhalok bukan sekadar barang antik, melainkan representasi dari keahlian, spiritualitas, dan kekayaan sejarah yang melekat pada kehidupan masyarakat masa itu.

Nama “Celadon” sendiri bukan berasal dari Thailand, melainkan dari istilah Eropa yang digunakan untuk menyebut keramik berglasir hijau yang awalnya berkembang di Cina pada masa Dinasti Song. Namun, para pengrajin Sangkhalok di Sukhothai berhasil mengembangkan gaya khas mereka sendiri. Dengan memanfaatkan tanah liat lokal yang memiliki karakteristik unik serta sumber daya alam seperti abu kayu dan oksida besi, mereka menciptakan glasir hijau yang halus dan menyatu indah dengan permukaan keramik. Proses ini bukan hal mudah, dan membutuhkan pengalaman serta ketelatenan tingkat tinggi.

Celadon Sangkhalok biasanya diproduksi dalam bentuk guci, kendi, mangkuk, atau piring dengan ukuran bervariasi. Banyak dari benda ini dihiasi dengan motif khas seperti bunga teratai, daun palem, ikan, naga, atau pola geometris sederhana. Motif-motif ini bukan hanya dekoratif, tetapi juga sarat makna. Teratai misalnya, melambangkan kemurnian dan pencerahan dalam kepercayaan Buddha yang menjadi dasar spiritual kerajaan Sukhothai. Teknik ukiran dan pembakaran pun dilakukan secara manual dengan peralatan tradisional, menjadikan setiap karya tidak hanya unik secara visual, tetapi juga unik secara spiritual dan teknis.

Salah satu daya tarik utama dari Celadon Sangkhalok adalah glasir hijaunya yang transparan namun lembut. Warna ini tercipta dari interaksi kompleks antara komposisi tanah liat, glasir, suhu pembakaran, dan ventilasi udara dalam tungku. Proses pembakaran dilakukan dalam suhu tinggi dan dalam lingkungan akun pro jepang slot terkontrol, menghasilkan efek glasir yang merata, halus, dan sedikit retak mikro (crazing) yang menjadi karakteristik khas celadon asli. Retakan halus ini justru dianggap memperindah penampilan, memberi dimensi tekstur yang alami dan menenangkan mata.

Seiring berkembangnya kerajaan Sukhothai menjadi pusat perdagangan, Celadon Sangkhalok ikut menyeberangi lautan melalui jalur perdagangan maritim. Barang-barang keramik ini ditemukan dalam reruntuhan kapal karam di Laut Cina Selatan, Selat Malaka, hingga ke pantai timur Afrika dan Timur Tengah. Penemuan arkeologis tersebut menegaskan bahwa produk keramik Sangkhalok memiliki nilai tinggi dan menjadi komoditas penting di pasar internasional sejak berabad-abad lalu. Bahkan, sebelum Tiongkok menguasai pasar keramik dunia, Sukhothai sudah lebih dulu menjadi pesaing kuat dalam kualitas dan estetika.

Namun, seiring runtuhnya Sukhothai dan perubahan jalur perdagangan global, produksi Celadon Sangkhalok perlahan menurun hingga nyaris hilang. Beruntung, sisa-sisa keahlian dan tradisi ini masih hidup dalam komunitas pengrajin di wilayah Si Satchanalai dan Sawankhalok, dua pusat produksi keramik tertua di Thailand. Di era modern, berbagai upaya dilakukan untuk merevitalisasi teknik kuno ini, baik melalui dukungan pemerintah Thailand, riset universitas, maupun inisiatif pengrajin lokal. Hasilnya, kerajinan celadon kembali dikenal di tingkat internasional sebagai barang antik bernilai tinggi dan karya seni yang tidak lekang oleh waktu.

Hari ini, Celadon Sangkhalok tidak hanya menghiasi ruang pamer museum seperti The British Museum di London atau National Museum of Thailand, tetapi juga menjadi incaran para kolektor global. Nilainya bisa mencapai puluhan ribu dolar per potong, tergantung pada usia, keaslian, dan kondisinya. Para ahli autentikasi bahkan memiliki metode khusus untuk membedakan celadon asli dengan reproduksi modern, termasuk analisis kimia glasir dan struktur mikro pada retakan glasir. Nilai investasi yang tinggi membuatnya menjadi bagian penting dalam dunia barang antik internasional.

Di Thailand sendiri, Celadon bukan hanya simbol kebanggaan sejarah, tapi juga menjadi bagian dari gerakan pelestarian budaya. Banyak pengrajin muda kini kembali mempelajari teknik pembuatan tradisional celadon, sambil menambahkan inovasi seperti pewarnaan alami baru atau kolaborasi desain dengan seniman kontemporer. Hal ini menjadikan celadon tidak hanya sebagai artefak masa lalu, tetapi juga sebagai ekspresi seni masa kini yang terus hidup dan berkembang.

Selain keindahannya, keramik ini juga menjadi medium edukasi lintas generasi. Di Sukhothai dan Chiang Mai, pengunjung bisa mengikuti workshop pembuatan celadon dan menyaksikan langsung proses dari tanah liat hingga pembakaran. Ini bukan hanya pengalaman wisata biasa, tetapi juga pelajaran mendalam tentang warisan budaya yang membutuhkan ketekunan, kepekaan, dan penghargaan terhadap proses.

Celadon Sangkhalok adalah bukti bahwa benda sederhana seperti mangkuk atau piring bisa mengandung nilai sejarah, seni, dan filosofi hidup yang luar biasa dalam. Ia bukan hanya barang antik, melainkan karya hidup yang mencerminkan kejayaan masa lalu, tangan-tangan terampil pengrajin, dan keabadian nilai estetika Timur. Di era modern ini, ketika dunia serba cepat dan digital, kehadiran satu potong celadon dari Sukhothai mengingatkan kita pada keindahan dari proses yang perlahan, ketelitian yang hening, dan tradisi yang tetap setia berdetak, menembus waktu.

BACA JUGA: Jepara Woodcraft: Keindahan Kerajinan Kayu Antik dengan Sentuhan Tradisi Jawa

Share: Facebook Twitter Linkedin